.

.

Sabtu, 24 September 2016

Selayang Pandang Kabupaten Sintang

Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau diantara 1°05’ Lintang Utara serta 1°21’ Lintang Selatan dan 110°50’ Bujur Timur serta 113°20’ Bujur Timur dengan ibukota kabupaten terletak di Sintang. Kabupaten Sintang dengan kondisi geografisnya, menempati posisi strategis baik dalam konteks Nasional, Regional dan Internasional. Kabupaten Sintang berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) serta berlanjut ke Brunei Darussalam. Dengan demikian kawasan ini akan menjadi gerbang keluar masuk barang dan orang (outlet) dari dan ke Sarawak maupun Brunei Darussalam melalui jalan darat.
Secara administratif, batas Kabupaten Sintang adalah :
•    Utara        : Serawak (Malaysia Timur)
•    Selatan    :  Kabupaten Melawi
•    Timur        : Kabupaten Kapus Hulu
•    Barat        : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Ketapang.
             

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km  atau sekitar 69,37 persen dari luas Kabupaten Sintang. Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan dan 16 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Ambalau dengan luas 19,79 persen Kabupaten Sintang sedangkan luas masing – masing kecamatan hanya berkisar 2-7 persen dari luas Kabupaten Sintang.Kabupaten Sintang berpenduduk lebih kurang 365.000 jiwa. Kepadatan penduduk 16 jiwa/km yang terdiri dari multietnis dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu. Mata pencaharian utama masyarakat di kawasan ini adalah petani sawit dan karet.
                                                     Peta Kabupaten Sintang
             


Kabupaten Sintang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang beragam, termasuk sumber daya mineral dan energi. Sumber daya mineral yang dimiliki antara lain golongan galian C. Sektor perkebunan, pertanian, peternakan dan jasa. Sektor Perkebunan komoditi unggulannya adalah Kelapa Sawit,  Karet,  dan lada, Sub sektor Pertanian komoditi yang diunggulkan berupa Jagung, kedelai, Ubi Jalar dan Ubi Kayu, sub sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, kambing dan kerbau, sedangkan sub sektor jasa yaitu wisata alam Bukit Kelam yang perlu dikembangkan kedepannya. Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di wilayah ini tersedia 2 (dua) bandar udara, yaitu Bandara Susilo dan Bandara Sui Tebelian Airport yang masih dalam tahap pengerjaan akhir.

 

 

PAJAK RESTORAN

Dasar :
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Peraturan Daerah Nomor  2 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran

Peraturan Bupati  Nomor  16  Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran
Pengertian
Pajak  Restoran  adalah  pajak  atas  pelayanan  yang  disediakan  oleh  restoran
Restoran  adalah  fasilitas  penyedia  makanan  dan/atau  minuman  dengan  dipungut  bayaran,  yang  mencakup  juga  rumah  makan,  kafetaria,  kantin,  warung,  bar,  dan  sejenisnya  termasuk  jasa  boga/catering 
Objek Pajak
Objek  Pajak  Restoran  adalah  pelayanan  yang  disediakan  oleh  restoran.
Pelayanan  yang  disediakan  restoran  meliputi  pelayanan  penjualan  makanan  dan/atau  minuman  yang  dikonsumsi  oleh  pembeli,  baik  dikonsumsi  di  tempat  pelayanan  maupun  di  tempat  lain.
Tidak termasuk objek Pajak
Tidak  termasuk  objek  Pajak  Restoran  adalah  pelayanan  yang  disediakan  oleh  restoran  yang  nilai penjualannya tidak  melebihi  Rp2.500.000,00  (dua  juta  lima  ratus  ribu  rupiah)  per  bulan
Subjek Pajak
Subjek  Pajak  Restoran  adalah  orang  pribadi  atau  Badan  yang  membeli  makanan  dan/atau  minuman  dari  restoran
Wajib Pajak
Wajib  Pajak  Restoran  adalah  orang  pribadi  atau  Badan  yang  mengusahakan  restoran
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar  pengenaan  Pajak  Restoran  adalah  jumlah  pembayaran  yang  diterima  atau  yang  seharusnya  diterima  restoran
Tarif Pajak
Tarif  Pajak  restoran  ditetapkan  sebesar  10%  (sepuluh  persen)
Cara Penghitungan Pajak
Pajak Restoran = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak
Contoh Perhitungan :
Jumlah pembayaran yang diterima sesuai bill/dokumen lain = Rp.15.000.000
Tarif Pajak                                                               = 10 %
Pajak Restoran                                                         = 15.000.000 X 10 %        
                                                                                 = Rp. 1.500.000
 Masa Pajak
Masa  pajak  adalah  jangka  waktu  1  (satu)  bulan  kalender  atau  jangka  waktu  lain  yang  diatur  dengan  Peraturan  Bupati  paling  lama  3  (tiga)  bulan  kalender,  yang  menjadi  dasar  bagi  Wajib  Pajak  untuk  menghitung,  menyetor  dan  melaporkan  pajak  yang  terutang
Saat Terutang Pajak
Saat terutangnya pajak ditetapkan pada saat terjadi pelayanan di restoran
Saat  terutangnya  pajak  mencakup  juga  rumah  makan,  kafetaria,  kantin,  bar,  dan  sejenisnya  termasuk  usaha  jasa  boga  dan  katering.
Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya pelayanan
Pembayaran  pelayanan  menggunakan  bill  atau  bukti  pembayaran  lainnya 
 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
Setiap  Wajib  Pajak  harus  mengisi  SPTPD
SPTPD harus diisi denganjelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib  Pajak ataukuasanya.
SPTPD  harus  disampaikan  kepada  Bupati  selambat-lambatnya  15  (lima  belas)  hari  setelah  berakhirnya  masa pajak.
SPTPD digunakan untuk menghitung, menetapkan dan membayar Pajak
Pembayaran Pajak
Wajib  Pajak  membayar  sendiri menggunakan  SPTPD  
Wajib  Pajak  yang  memenuhi  kewajiban  perpajakan dengan  menggunakan  SPTPD,  SKPDKB,  dan/atau  SKPDKBT
Tata Cara Pembayaran Pajak
  • Wajib Pajak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ke Seksi Pajak Bidang Pendapatan Dinas PPKAD
  • Petugas Seksi Pajak Membuat SKPD dan ditanda tangani oleh Kepala Bidang/Kepala Seksi Pajak
  • Petugas Seksi Pajak membuatkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah)
  • Wajib Pajak Membayar Pajak Daerah dilampiri  SSPD ke Tempat Pembayaran
  • Wajib Pajak Menyerahkan Bukti Pembayaran Pajak yang dilampiri SSPD ke Petugas Seksi Pajak
  • Petugas Seksi Pajak Menyerahkan  SKPD dan SSPD kepada Wajib Pajak , dan lembar lainnya diarsip

Bupati  dapat  menerbitkan  STPD  jika:
  1. pajak  dalam  tahun  berjalan  tidak  atau  kurang  dibayar;
  2. dari  hasil  penelitian  SPTPD  terdapat  kekurangan  pembayaran  sebagai  akibat  salah  tulis  dan/atau  salah  hitung; dan/atau
  3. Wajib  Pajak  dikenakan  sanksi  administratif  berupa  bunga  dan/atau  denda.
Jumlah  kekurangan  pajak  yang  terutang  dalam  STPD ditambah  dengan  sanksi  administratif  berupa  bunga  sebesar  2%  (dua  persen)  setiap  bulan  untuk  paling  lama  15  (lima  belas)  bulan  sejak  saat  terutangnya    pajak.
PENGURANGAN  DAN  KERINGANAN  PAJAK
Bupati  berdasarkan  permohonan  Wajib  Pajak  dapat  memberikan  pengurangan  dan  keringanan  pajak,  dalam  hal:
  1. terjadi  suatu  bencana;
  2. pemberian stimulus kepada masyarakat/Wajib  Pajak dengan memperhatikan  kemampuan  Wajib  Pajak;
  3. usaha  pengentasan  kemiskinan;
  4. usaha  peningkatan  perekonomian  masyarakat;  dan
  5. terdapat  alasan  lain  dari  Wajib  Pajak  yang  dapat  dipertanggung jawabkan
 PEMERIKSAAN
Bupati atau pejabat yang berwenang berhak melakukanpemeriksaan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan  peraturan  perundang-undangan  perpajakan  daerah.
Wajib  Pajak  atau  pihak-pihak  yang  terkait  yang  diperiksa  wajib:
  1. memperlihatkan  dan/atau  meminjamkan  buku  atau  catatan,  dokumen  yang  dasarnya  dan  dokumen  lain  yang  berhubungan  dengan  obyek  pajak;
  2. memberikan  kesempatan  untuk  memasuki  tempat  atau  ruangan  yang  dianggap  perlu  dan  memberikan  bantuan  guna  kelancaran  pemeriksaan;  dan/atau
  3. memberikan  keterangan  yang  diperlukan
 KETENTUAN PIDANA
Wajib  Pajak  yang  karena  kealpaannya  tidak  menyampaikan  SPTPD  atau  mengisi  dengan  tidak  benar  atau  tidak  lengkap  atau  melampirkan  keterangan  yang  tidak  benar  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  dapat  dipidana  dengan  pidana  kurungan  paling  lama  1 (satu)  tahun  atau  denda  paling  banyak  2  (dua)  kali  jumlah  pajak  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar.
Wajib  Pajak  yang  dengan  sengaja  tidak  menyampaikan  SPTPD  atau  mengisi  dengan  tidak  benar  atau  tidak  lengkap  atau  melampirkan keterangan  yang  tidak  benar  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  dapat  dipidana  dengan  pidana  penjara  paling  lama  2 (dua)  tahun atau  denda  paling  banyak  4  (empat)  kali  jumlah  pajak  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar.

PAJAK HOTEL




Dasar :

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel



Pengertian

Pajak  Hotel  adalah  pajak  atas  pelayanan  yang  disediakan  oleh     hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa  terkait  lainnya  dengan  dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk  pariwisata, wisma  pariwisata,  pesanggrahan,  rumah  penginapan  dan  sejenisnya,  serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Objek Pajak

Objek  Pajak  Hotel  adalah  pelayanan  yang  disediakan  oleh  hotel.

Pelayanan  yang  disediakan  hotel  termasukjuga jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan  kemudahan  dan  kenyamanan,  termasuk  fasilitas  olahraga  dan  hiburan.

Jasa penunjang sebagaimana dimaksud adalah fasilitastelepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

Tidak termasuk objek Pajak Hotel 

Tidak termasuk objek Pajak Hotel  adalah:

  1. jasa  tempat  tinggal  asrama  yang  diselenggarakan  oleh  pemerintah  atau  pemerintah  daerah;
  2. jasa  sewa  apartemen,  kondominium,  dan  sejenisnya;
  3. jasa  tempat  tinggal  di pusat  pendidikan  atau  kegiatan  keagamaan;
  4. jasa  tempat  tinggal  di  rumah  sakit,  asrama  perawat,  panti  jompo, panti  asuhan, dan  panti  sosial  lainnya  yang  sejenis;  dan
  5. jasa  biro  perjalanan  atau  perjalanan  wisata  yang  diselenggarakan  oleh   hotel  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh  umum

Subjek Pajak

SubjekPajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran  kepada  orang  pribadi  atau  badan  yang mengusahakan hotel.

Wajib Pajak

Wajib  Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yangmengusahakan hotel.

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang diterima atau  yang seharusnya diterima hotel

Tarif Pajak

Tarif  Pajak  Hotel  ditetapkan  sebesar  10%  (sepuluh  persen)

Cara Penghitungan Pajak

Pajak Hotel = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak

Contoh Perhitungan :

Jumlah pembayaran yang diterima sesuai bill/dokumen lain = Rp.15.000.000

Tarif Pajak                                                               = 10 %

Pajak Hotel                                                              = 15.000.000 X 10 %

= Rp. 1.500.000



Masa Pajak Hotel

Masa  pajak  adalah  jangka  waktu  1  (satu)  bulan  kalender  atau  jangka  waktu  lain  yang  diatur  dengan  Peraturan  Bupati  paling  lama  3  (tiga)  bulan  kalender,  yang  menjadi  dasar  bagi  Wajib  Pajak  untuk  menghitung,  menyetor  dan  melaporkan  pajak  yang  terutang

Saat Terutang Pajak Hotel

Saat  terutangnya  pajak  ditetapkan  pada  saat  terjadi  pelayanan di hotel

Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya pelayanan

Pembayaran  pelayanan  menggunakan  bill  atau  bukti  pembayaran  lainnya

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

Setiap  Wajib  Pajak  harus  mengisi  SPTPD

SPTPD harus diisi denganjelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib  Pajak ataukuasanya.

SPTPD  harus  disampaikan  kepada  Bupati  selambat-lambatnya  15  (lima  belas)  hari  setelah  berakhirnya  masa pajak.

SPTPD digunakan untuk menghitung, menetapkan dan membayar Pajak Hotel

Pembayaran Pajak Hotel

Wajib  Pajak  membayar  sendiri menggunakan  SPTPD

Wajib  Pajak  yang  memenuhi  kewajiban  perpajakan dengan  menggunakan  SPTPD,  SKPDKB,  dan/atau  SKPDKBT

Tata Cara Pembayaran Pajak

• Wajib Pajak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ke Seksi Pajak Bidang Pendapatan DAerah

•Petugas Seksi Pajak Membuat SKPD dan ditanda tangani oleh Kepala Bidang/Kepala Seksi Pajak

•Petugas Seksi Pajak membuatkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah)

•Wajib Pajak Membayar Pajak Daerah dilampiri  SSPD ke Tempat Pembayaran

•Wajib Pajak Menyerahkan Bukti Pembayaran Pajak yang dilampiri SSPD ke Petugas Seksi Pajak

•Petugas Seksi Pajak Menyerahkan  SKPD dan SSPD kepada Wajib Pajak , dan lembar lainnya diarsip


Bupati  dapat  menerbitkan  STPD  jika:

  1. pajak  dalam  tahun  berjalan  tidak  atau  kurang  dibayar;
  2. dari  hasil  penelitian  SPTPD  terdapat  kekurangan  pembayaran  sebagai  akibat  salah  tulis  dan/atau  salah  hitung; dan/atau
  3. Wajib  Pajak  dikenakan  sanksi  administratif  berupa  bunga  dan/atau  denda.

Jumlah  kekurangan  pajak  yang  terutang  dalam  STPD ditambah  dengan  sanksi  administratif  berupa  bunga  sebesar  2%  (dua  persen)  setiap  bulan  untuk  paling  lama  15  (lima  belas)  bulan  sejak  saat  terutangnya    pajak.

PENGURANGAN  DAN  KERINGANAN  PAJAK

Bupati  berdasarkan  permohonan  Wajib  Pajak  dapat  memberikan  pengurangan  dan  keringanan  pajak,  dalam  hal:

  1. terjadi  suatu  bencana;
  2. pemberian stimulus kepada masyarakat/Wajib  Pajak dengan memperhatikan  kemampuan  Wajib  Pajak;
  3. usaha  pengentasan  kemiskinan;
  4. usaha  peningkatan  perekonomian  masyarakat;  dan
  5. terdapat  alasan  lain  dari  Wajib  Pajak  yang  dapat  dipertanggung jawabkan

PEMERIKSAAN

Bupati atau pejabat yang berwenang berhak melakukanpemeriksaan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan  peraturan  perundang-undangan  perpajakan  daerah.

Wajib  Pajak  atau  pihak-pihak  yang  terkait  yang  diperiksa  wajib:

  1. memperlihatkan  dan/atau  meminjamkan  buku  atau  catatan,  dokumen  yang  dasarnya  dan  dokumen  lain  yang  berhubungan  dengan  obyek  pajak;
  2. memberikan  kesempatan  untuk  memasuki  tempat  atau  ruangan  yang  dianggap  perlu  dan  memberikan  bantuan  guna  kelancaran  pemeriksaan;  dan/atau
  3. memberikan  keterangan  yang  diperlukan

KETENTUAN PIDANA

Wajib  Pajak  yang  karena  kealpaannya  tidak  menyampaikan  SPTPD  atau  mengisi  dengan  tidak  benar  atau  tidak  lengkap  atau  melampirkan  keterangan  yang  tidak  benar  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  dapat  dipidana  dengan  pidana  kurungan  paling  lama  1 (satu)  tahun  atau  denda  paling  banyak  2  (dua)  kali  jumlah  pajak  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar.

Wajib  Pajak  yang  dengan  sengaja  tidak  menyampaikan  SPTPD  atau  mengisi  dengan  tidak  benar  atau  tidak  lengkap  atau  melampirkan keterangan  yang  tidak  benar  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  dapat  dipidana  dengan  pidana  penjara  paling  lama  2 (dua)  tahun atau  denda  paling  banyak  4  (empat)  kali  jumlah  pajak  terutang  yang  tidak  atau  kurang  dibayar.

Senin, 19 September 2016

Jenis Retribusi Daerah



Pada Retribusi Daerah, penggolongan jenis Retribusi yang dapat dipungut tidak digolongkan atas level pemerintahan (Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota) sebagaimana kita lihat pada jenis Pajak Daerah. Penentuan pihak mana yang dapat memungut atas sebuah jenis Retribusi Daerah ditentukan atas urusan dan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi atau Kabupaten Kota, sebagaimana telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 

Pada kasus tertentu apabila PP dimaksud belum dapat diterapkan efektif, maka pemungut Retribusi ditentukan atas siapa yang memberikan layanan/jasa. Misalnya pelayanan tera/tera ulang yang belum dapat dilakukan efektif oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, maka Retribusi dapat dipungut oleh Pemerintah Provinsi apabila Pemerintah Provinsi menyelenggarakan pelayanan jasa tera/tera ulang.



Adapun jenis Retribusi Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:


Retribusi Jasa Umum

  1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
  2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
  3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
  4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
  5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
  6. Retribusi Pelayanan Pasar
  7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
  8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
  9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
  10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
  11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
  12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
  13. Retribusi Pelayanan Pendidikan
  14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. 

Jenis Retribusi Jasa Umum dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma. Sebagai contoh ada beberapa daerah yang memberlakukan pelayanan gratis untuk penerbitan KTP. Di beberapa daerah yang surplus kemampuan fiskalnya juga ada yang memberlakukan pelayanan kesehatan gratis.


Retribusi Jasa Usaha

  1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
  2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
  3. Retribusi Tempat Pelelangan
  4. Retribusi Terminal
  5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
  6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
  7. Retribusi Rumah Potong Hewan
  8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
  9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
  10. Retribusi Penyeberangan di Air
  11.  Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

 Retribusi Perizinan Tertentu

  1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
  2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
  3. Retribusi Izin Gangguan
  4. Retribusi Izin Trayek
  5. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Selain jenis Retribusi Daerah tersebut di atas, masih dimungkinkan pemungutan atas jenis Retribusi Daerah lainnya, sepanjang terdapat Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai penambahan jenis Retribusi lain, yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah.

 (Pasal 150 UU Nomor 28 Tahun 2009).

Jenis Pajak Daerah


Pemerintah Daerah dalam melakukan pemungutan Pajak Daerah telah dibatasi jumlah dan jenisnya (Closed List System), mengacu pada UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 

Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Provinsi adalah sebagai berikut:

  1. Pajak Kendaraan Bermotor.
  2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
  3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
  4. Pajak Air Permukaan.
  5. Pajak Rokok.
Jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
  1. Pajak Hotel.
  2. Pajak Restoran.
  3. Pajak Hiburan.
  4. Pajak Reklame.
  5. Pajak Penerangan Jalan.
  6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
  7. Pajak Parkir.
  8. Pajak Air Tanah.
  9. Pajak Sarang Burung Walet.
  10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
  11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 

Daerah dilarang memungut jenis Pajak selain yang tersebut di atas (Pasal 2 Ayat (2) UU Nomor 28 Tahun 2009). Apabila ada Daerah menetapkan Perda dan melakukan pemunggutan Pajak Daerah selain yang ditetapkan UU, maka Perda tersebut akan direkomendasikan untuk dapat dibatalkan.

Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pajak Daerah, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009) 
Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
(Pasal 1 angka 10 UU Nomor 28 Tahun 2009) 
Saat anda mengunjungi restoran lalu melakukan pembayaran, dan terlihat dalam struk/nota pembayaran terdapat tambahan pengenaan Pajak Restoran sebesar 10%, maka anda telah berkontribusi dalam pembayaran Pajak Daerah untuk Kabupaten/Kota di mana restoran itu berusaha. Pembayaran yang anda lakukan akan dihimpun oleh pengusaha restoran yang berposisi sebagai Wajib Pajak, lalu pengusaha restoran tersebut akan menyetor pajak restoran yang telah dikutip dari pelanggan restoran ke rekening Kas Daerah Pemerintah Daerah. Pelanggan restoran sebagai pihak yang telah dikutip pembayaran pajak daerah tidak akan mendapat jasa atau kontraprestasi secara langsung dari Pemerintah Daerah. Nominal pembayaran yang disetor ke Kas Daerah akan dihimpun dan selanjutnya digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah.

Sedangkan ketika anda melakukan pembayaran Retribusi Daerah, maka pembayaran yang dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Apabila ada sebuah pungutan yang dinamakan Retribusi namun tidak terdapat jasa/layanan yang diberikan kepada pembayar Retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai Retribusi.

What's Trending?

Text Widget 2